Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI
Marciano Norman yang menduga anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT)
terlibat pembunuhan dua anggota Brimob menunjukkan cacat moral pejabat
BIN.
"Saya melihat kurang tepat kalau intelijen banyak bicara ke media,"
kata Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits
Abu Ulya kepada itoday, Jumat (19/10).
Kata Harits, Kepala BIN Letjen TNI Marciano Norman sangat aneh sekali
berbicara pembunuhan dua anggota Brimob yang katanya dilakukan oleh
anggota JAT. "Aneh sekali kenapa baru diduga kok udah diobral, oleh
kepala BIN lagi," kritik Harits.
Menurut Harits, dalam unsur utama keterangan (UUK) intelijen harus
zero kesalahan. "Jika salah ungkap UUK maka pejabat intelijen secara
moral intelijen sudah cacat," jelasnya.
Kata Harits, pejabat intelijen dalam bekerja harus profesional tidak
perlu mengumbar opini karena justru pola seperti itu secara hukum jadi
bermasalah.
"Karena telah prejudice dan mencemarkan nama baik entitas atau
kelompok tertentu. Semua buktikan saja di pengadilan sekalipun nanti
misalkan ada upaya rekayasa untuk membuat keterkaitan," papar Harits.
Selain itu, ia juga mengatakan, pejabat publik harus hati-hati dalam
mengeluarkan pernyataan dan berpikir matang dampak-dampak politiknya.
"Misalkan Ada tiga orang yang jadi pejabat dan seharusnya tidak boleh
umbar omongan banyak ke publik; pertama kepala BIN, kedua ketua MK, dan
ketiga kepala PPATK," pungkasnya. [itoday/moslem idea]
0 komentar:
Posting Komentar