Yogyakarta- hari ahad kemarin (15/8) di Masjid Kampus Universitas Gajah Mada Yogyakarta diadakan acara bedah buku terbitan MUI Surakarta dengan judul “Kritik Evaluasi & Dekontruksi Gerakan Deradikalisasi Aqidah Muslimin di Indonesia”, buku yang pernah dibedah sebelumnya di masjid Baitul Makmur Sukoharjo (31/7) dan juga di Gedung Pasca Sarjana UMS (16/7) dan rencana akan dibedah pula dibeberapa kota setelah Syawal.
Pada Acara tersebut dihadiri ratusan jamaah dari beberapa daerah di Yogyakarta, mereka dengan sangat antusias mendengarkan pemaparan dari para Pemateri yang diantaranya; ust. Mudzakir (Pimpinan Ponpes Al Islam Solo), H.M. Lutfie Hakim, SH. MH (Komisi Hukum & Perundang-Undangan MUI Pusat), Dr. Eko Prasetyo, SH. (Dir. PUSHAM UII Yogyakarta). Sementara itu Ketua MUI Surakarta Prof Zaenal Arifin Adnan menyampaikan dalam sambutan pembuka acaranya ”Bahwa Kami sangat prihatin karena ternyata ada pihak-pihak yang mencoba melakukan deradikalisasi, tetapi ternyata salah dalam menerapkan ayat dan hadis. Ini sangat membahayakan Akidah Umat Islam” dan beliau juga menambahkan “bahwa buku putih terbitan MUI Surakarta ini juga diminta oleh Kedutaan Amerika sebanyak 15 eksemplar dan alhamdulillah sudah kita kirimkan supaya bisa beredar di sana untuk dipelajari”.
Sedangkan ust. Mudzakir dalam membedah buku MUI Surakarta pada intinya menyampaikan, bahwa dalam acara Haloqah Nasional yang digagas oleh BNPT, mereka menggunakan kata radikal tidak sesuai dengan arti sesungguhnya, mereka menginginkan supaya umat Islam itu hanya menjalankan ajarannya secara formal saja, yaitu cukup hanya sholat, puasa dan haji saja dan jangan sampai ada fikiran untuk menegakkan syariat Islam, dan disamping itu ada bebarapa usaha penyesatan melalui serangan terhadap apa yang mereka sebut sebagai Islam Radikal sedangkan apa yang mereka sebut Islam radikal adalah orang-orang yang ingin menjalankan Islam dengan sebenar-benarnya, kemudian usaha lain dari program deradikalisasi ini adalah dengan menyelewengkan tafsir dari ayat dan hadits yang berkenaan dengan jihad dan penegakkan syariat Islam agar sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Adapun pemateri ke dua Dr. Eko Prasetyo, SH menyampaikan, bahwa buku ini (terbitan MUI Surakarta) berusaha untuk melawan cara pandang pemerintah dan masyarakat saat ini tentang stereotip terorisme, Kenapa ada cara pandang BNPT tentang stereotip terorisme, 1. Karena posisi Negara kita sangat tergantung dengan barat, 2. Pemerintah hampir tidak memiliki prestasinya, seperti dalam penanganan korupsi, panggundulan hutan, penanganan bencana dsb, hanya dalam penanganan terorisme aja yang mereka anggap sebagai prestasi yang penting, 3. Uang yang menjanjikan dari proyek terorisme, Laporan BBC menyatakan bahwa proyek terorisme menghasilkan nilai trilyunan rupiah yang tentunya nilainya tidak sedikit.
Sedang H.M. Lutfie Hakim, SH. MH menyampaikan bahwa radikalisme yang dinisbatkan pada ajaran agama islam itu merupakan tuduhan yang luar biasa untuk mematikan beberapa idiom islam diantaranya, pertama; syariat islam, kedua; daulah islamiyah atau khilafah dan yang ketiga; jihad, tiga hal ini yang sering dilontarkan dari mulut ansyad mbai dan kemudian disosialisasikan ke berbagai daerah. Apabila ada sesorang yang secara sengaja tidak menghendaki syariat islam dan jihad maka tidak bisa lagi disebut sebagai seorang Islam , hal ini dijelaskan dalam surat Al Maidah ayat: 44. (rtn/moslemidea)
0 komentar:
Posting Komentar